Sabtu, 18 Februari 2012

A.    Riwayat Hidup dan Sejarah Itelektualnya
Nama lengkapnya adalah Muhammad ‘Ali bin Jamil al-shabuni. Ia dilahirkan pada tahun 1347 H/1928M. Ia adalah seorang pengajar di Fakultas Syari’ah dan Dirasah Islamiah di Mekkah.[1]
Al-shabuni memulai belajarnya dari kecil di Suria, sehingga tamat Tsanawiah disana, kemudian ia meneruskan belajarnya di Universiatas al-Azhar Mesir, dan mendapat gelar Lc pada tahun 1371H/1952M.  Dan mendapat gelar Magister pada tahun 1954 M dalam bidang spesialisasi hukum syar’i. Ia menjadi utusan dari Kementrian wakaf Suria untuk menyelesaikan al-Dirasah al-‘Ulya.[2]
Al-shabuni memiliki pengetahuan yang luas, dengan kegiatan yang menonjol di bidang ilmu pengajaran, ia juaga banyak menggunakan kesempatan dan waktunya untuk menuliskan karya-karya ilmiahnya yang bermanfaat. Menurut rektor Universiatas al-Malik ‘Abdu al-‘Aziz, Abdulllah Umar Nasif bahwa al-shabuni adalah salah satu ulama yang menyibukan atau menghususkan dirinya dalam kajian tafsir-tafsir al-Qur’an, ia juga merupakan kritikus para mufassir. Karya-karnynya sangat berguna bagi para ulama dan pencari Ilmu.[3]
Ketua jurusan Dakwah dan Ushul al-Din fakultas Syariah di Mekkah yaitu Muhammad al-Ghazali menegaskan bahwa al-shabuni dalam menafsirkan al-Qur’an mencantumkan pendapat para ulama, kemudian meringkas dlam segi sosial dan bahasa, dan juga menghasilkan hukum yang bermanfaat. Al-Shabuni juga mengumpulakan pendapat para ulama salaf  yang menggunakan pendapat ulama khalaf. Sehingga pembaca dapat melihat pendapat antara bi al-Manqul dan bi al-ma’qul dan mengambil pendapat dari yang keduanya.[4]
B.     Karya-karyanya
1.      Safwat al-Tafassir
dia menyusun kitab ini pada tahun 1381 H yang ia kerjakan selama lima tahun setiap pagi dan malam. Ketika ia menulis sesuatu dalam kitab ini, ia selalu membaca kitab-kitab tafsir yang disusun oleh ulama-ulama terdahulu, kemudian ia mengambil yang paling shahih dan benar menurutnya.
Kitab ini terdiri dari tiga juz. Kitab ini mengabungkan antara riwayat bi al Ma’tsur dan bi al-Ma’qul,dan di dasarkan kepada kitab-kitab tafsir terdahulu seperti : al-Thabari, al-Kasyaf, al-Qurtubi, al-Alusi, Ibnu Katsir dan lain-lain. Dengan uslub-uslub yang mudah, riwayat hadis, dan pembahasan kebahasaan.
2.      Rawa’i al-Bayan fi Tafsir Ayat al-Ahkam
Kitab ini terdiri dari dua jilid. Dalam kitab ini dia memadukan tafsir-tafsir ayat Ahkam dari kalangan mutaqaddimin dan mutaakhirin. Hal ini untuk memudahkan pembaca mengetahui dan memahami al-Qur’an dari beberapa pendapat.
Dalam menafsirkan ayat-ayat ahkam, dia menerangkan Hikmat al-Tasyri’ dengan dasar rasional dan logis dengan tinjauan dari berbagai segi, serta menyanggah tuduhan-tuduhan musuh islam dari orientalis dalam tulisan-tulisan mereka yang kelewat batas, hal ini sebagai mana diungkapkan oleh Abdul al-Ghani al-Khayyat.[5]
3.      Al-Tibyan fi Ulum al-Qur‘an
Kitab ini merupakan kitab ulum al-Qur’an. Di dalam kitab ini membahas sekitar al-Qur’an dimulai dari pentadwinannya, asbab An-Nuzul, qiraat dan kaidah-kaidah penafsiran, ayat-ayat muhkam dan mutasyabih,am dan khas , dan nasikh dan mansukh, dan lain sebagainya.
4.      Mukhtasar Tafsir Ibn Katsir
5.      Mukhtasar Tafsir al-Tabari Jami’al-Bayan
6.      Al-Nubuwah wa al-Anbiya’
7.      Al-Mawaritsfi al-Syari’ah al-Islamiyah ‘ala Dhui al-Kitab wa al-Sunnah
8.      Tanwiru al-Adzhan Min Tafsir Ruh al-Bayan
9.      Qabs Min Nur al-Qur’an

C.    Motivasi penulisan safwat al-Tafasir
Ketika al-sabuni melihat seorang muslim menyibukan waktunya utuk mencari kehidupan dunia, dan telah sempit hari-harinya untuk kembali kepada tafsir-tafsir besar yang dikarang oleh ulama-ulama terdahulu, yang telah menjelaskan dan memperinci ayat-ayat al-Qur’an, menampakan sisi kebalaghahan, menjelaskan sisi kemukjijatan, memunculkan ketentuan syari’ah,hukum-hukum, akhlaq, dan sisi pendidikannya.
Ia juga menyadari bahwa ulama sekarang untuk mengantikan peran ulama terdahulu untuk memudahkan manusia dalam memahami al-Qur’an. Ketika ia merasa belum menemukan tafsir sifat-sifat tafsir dengan uslub-uslub yang jelas, penjelasan yang murni, yang tidak ada sisipan dan penjelasan panjang, tidak menjelaskan hanya sisi aqidah dan syari’ah,sisi kemukjizatan dan kebalaghahan
Lebih lanjut dia menamakan “safwat al-Tafasir” dengan harapan bermanfaat bagi umat Islam sehingga menjadi jalan menuju pemahaman yang benar. , maka ia berniat membuat karya yang dapat memenuhi sifat atau karya tersebut .[6]
                      
D.    Metode Penafsiran Safwat al-Tafasir
1.      Menjelaskan global surat
2.      Menjelaskan penamaan surat
3.      Menyebutkan Fadhlul al-Surat (keutamaan surat)
4.      Memperhatikan penjelasan mengenai munasabah
5.      Menjelaskan  makna bahasa sebagai contoh lihat surat al-baqarah 10
6.      Menafsirkan ayat
7.      Mengemukakan Asbab al-Nuzul sebagai contoh dalam surat al-baqarah ayat 97-98
8.      Membahas segi I’rab (Nahwu dan Saraf)
9.      Membahas segi kebalaghahan albaqarah 21-25
10.  Menunjukan fawaid (menunjukan paidah-paidah) ayat sebagai contoh dalam surah an-nisa ayat 135-147
11.  Membahas Latifah sebagai contoh dalam surat Al-Taubah 61-74
12.  Tanbih(kelompok-kelompok ayat) sebagai contoh dalam sura ali Imran ayat 26-23.

E.     Sumber Penafsiran Safwat al-Tafasir
Sumber penafsiran yang dipakai oleh al-Sabuni dalam Safwat al-Tafasir,ini digolongkan sebagai tafsir bi al-Ra’yi.
F.     Corak Penafsiran Safwat al-Tafasir
Corak penafsiran yang digunakan dalam tafsir Safwat al-Tafasir adalah Adabi Ijtima’i adalah corak penafsiran ayat-ayat al-Qur’an yang mengungkapkan dari segi balaghah dan kemukjizatannya, menjelaskan makna-makna dan susunan yang dituju oleh al-Qur’an mengungkapkan hukum-hukum alam dan tatanan masyarakat yang dikandungnya.[7]

G.    Kelebihan dan kekurangan tafsir Safwat al-Tafasir
Menurut guru besar Universitas al-Azhar, Abd al-Halim Mahmud, kitab Safwat al-Tafasir yang dikarang oleh al-Shabuni merupakan kitab yang menyebutkan pendapat paling shahih dalam menafsirkan al-Qur’an dengan ringkas dan mudah.[8]
Menurut Rasyid ibn Rajih, kitab yang di karang oleh al-shabuni ini, merupakan kitab yang berharga, yang meringkas pendapat-pendapat para mufassir untuk memudahkan penuntut ilmu dengan uslub yang mudah, dan penjelasan yang baik beserta menjawab atau menjelaskan masalah bahasa dan balaghah.
H.    Kesimpulan
Kitab tafsir ini secara keseluruhan termasuk ke dalam metode tafsir Tahlili. Sumber penafsiran yang dipakai olah al-Sabuni dalam tafsir Safwat al-Tafasir adalah tafsir bi al-Ra’yi. Dan corak penafsiran yang digunakan dalam tafsir Safwat al-Tafasir adalah Adabi Ijtima’i.



[1] Muhammad Ali Iyazi,al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajum (wiarah al-Tsaqafah wa al-Irsyad al-Islamiah) h. 407
[2] Muhammad Ali Iyazi,al-Mufassirun Hayatuhum wa Manhajum (wiarah al-Tsaqafah wa al-Irsyad al-Islamiah) h. 407-408
[3] Lihat kata pengantar dalam kitab shafwat al-Tafassir,(jakarta;Dar al-Kutub al-Islamiyah. 1999) jilid I
[4] Lihat kata pengantar dalam kitab shafwat al-Tafassir,(jakarta;Dar al-Kutub al-Islamiyah. 1999) jilid I
[5] Lihat pengantar dalam kitab Rawa’I al-Bayan fi Tafsir ayat Ahkam, (mekkah, Syariat Mekkah, 1971) jilid I
[6] Lihat muqaddimah al-sabuni dalam kitab safwat al-Tafsir, (jakarta;Dar al-Kutub al-Islamiyah.1999) jilid I
[7] Said Agil Husain al-Munawwar, I’jaz al-Qur’an dan Metodologi Tafsir ( semarang; Dina Utama, 1994),cet ke-1, h.37
[8] Lihat pengantar dalam kitab Safwat  al-Tafasir,jilid I

Tidak ada komentar:

Posting Komentar