Sabtu, 18 Februari 2012

‘Ilm Gharib al-Hadith


‘Ilm Gharib al-Hadith
M.Maulana Moh.Asy-Syafi’i
muminmaulana_ushul@yahoo.com
Abstrack : Pada awal Islam, tidak ada masalah mengenai ke-gharib-an hadis, karena sumber awal yaitu Rasul saw adalah orang yang paling fashih dalam bicara, paling tegas, paling tuntas dalam mengemukakan pikiran, paling jelas argumennya, paling efektif redaksinya dan paling mengenal situasi pembicaraan.[i] Yang menjadi masalah kata-kata gharib dalam hadis Nabi saw adalah seketika beliau menghadap keharibaannya. Pada saat itu banyak orang yang masuk Islam dan generasi-generasi baru yang muncul sehingga membutuhkan banyak impormasi mengenai hadis Nabi saw. Sampai-sampai Imam Abdurahman ibn Mahdiy mengatakan, “ seandainya aku menghadapi persoalan seperti yang telah aku lewatkan, maka aku menuliskan untuk setiap hadis tafsir atau penjelasnnya. Sementara yang lain menilai, bahwa menjelaskan hadis lebih baik daripada meriwayatkannya.[ii]
Kata kunci :  Ilm Gharib al-Hadith, Gharib al-Hadith, gharib, Hadis.
Manakala kita sedang membaca sebuah teks dari seorang pengarang yang kita kenal baik yang hidup sejaman dengan kita, kita tidak akan mengahadapi kesulitan memahami kalimat-kalimat dan kata-kata ataupun istilah-istilah khusus yang termuat di dalam teks tersebut. Ketidak jelasan makna teks dapat diatasi oleh pengarangnya bila ia masih hidup, atau pemahaman kata-kata, kalimat-kalimat yang sudah dikenal pada zaman kita. Persoalannya menjadi lain bila teks yang kita baca berasal dari zaman dahulu. Kontak kita dengan sumber terputus oleh sebuah rentang waktu yang pangjang sehingga kata-kata itu sulit untuk kita pahami atau akan kita salah pahami.[iii] Ilmu ini menjelaskan kata-kata hadis nabi yang kurang jelas maknanya. Ulama hadis memberikan perhatian besar terhadapnya karena memberikan manfaat berupa pengenalan lebih jauh dan pemahaman kata-kata hadis. Sebab sulit bagi seseorang untuk meriwayatkan apa yang tidak dipahaminya atau memindahkan apa yang tidak disampaikannya dengan baik. Yang menjadi langkah awal adalah mengetahui kosa-kata dan makna hadis serta menggali kandungan hukumnya.Pada awal Islam, tidak ada masalah mengenai ke-gharib-an hadis, karena sumber awal yaitu Rasul saw adalah orang yang paling fashih dalam bicara, paling tegas, paling tuntas dalam mengemukakan pikiran, paling jelas argumennya, paling efektif redaksinya dan paling mengenal situasi pembicaraan dan sebaliknya nabi tidak berbicara dalam kondisi yang vakum sejarah dan hampa kultural.[iv]
Berdasarkan paparan diatas, maka masalah pokok yang akan dibahas dalam makalah ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan ‘Ilm Gharib al-Hadits.
 Dari Ulama Klasik sampai modern, banyak diantara mereka yang telah melahirkan karya-karya yang sangat populer mengenai Ghari’l hadits ini, diantaranya : Gharibi’l Hadits karya Abu ‘Ubaid al-Qasim bin salam (157-224 H). Gharib al-Hadith karya Imam Abi Ishaq Ibrahim bin Ishaq al-Harabi (198-285 H). Gharib al-Hadith karya Abi Ubaid (wafat 224 H).Gharib al-Hadith karya al-Bustiy (wafat 388 H). Al-Faiq fi Gharib’il Hadits karya az-Zamakhsyary (468-548 H). Gharib al-Hadith karya Abi Farraj(510-597H). an-Nihayah fi Gharib al-Hadith wa al-Atasr karya Ibnu Atsir (544-606 H). Al-jami’fi Gharibil Hadits wa yastamil al-Matan : an-Nihayah ibnu Atsir karya ‘Alusi. At-Ta’wil fi Gharibi al-Hadith min Kholal kitab an-Nihayah li Ibnu Atsir karya Dr. Ali al-Sahibani. Tafsir Gharib al-Hadith karya Ibnu Hajar al-Asqalani.Mu’jam Mufassal fi Tafsir Gharibi al-Hadith karya Dr Muhammad at-Tunji.

Penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu suatu metode yang berupaya menggali sumber-sumber yang berkaitan dengan permasalahan ‘Ilm Gharib al-Hadith, untuk kemudian dijadikan sebagai rujukan utama dalam penulisan makalah ini. Data yang diperoleh dengan cara studi kepustakaan, dan data primer maupun sekunder yang disediakan oleh Dosen pemgampuh  sehingga dapat menghasilkan data yang objektif terhadap pembahasan yang diteliti.  
Sistematika penulisan
Sistematika penulisan dalam makalah ini adalah : Pengertian Gharib al-Hadith, Sejarah dan Ulama hadis yang berrperan dalam pertumbuhan dan perkembangan ‘Ilm Gharib al-Hadith, kitab-kitab yang membahas Gharib al-Hadith, Urgensi ‘Ilm Gharib al-Hadith dalam kajian matan hadis, cara menafsirkan Gharib al-Hadith.
Pengertian Gharib al-Hadith
Secara bahasa :
ترددت عبارات علماءاللغة في معنى الغريب بين الغياب والبعد والغموض والخفاء
Ahli bahasa mengungkapkan makna gharib yaitu adanya rasa keterasingan antara yang tersembunyi dan jarak, misteri dan rahasia. Imam az-Zamakhsyari menta’rifkan:
تكلم فأغرب إذ جاء بغرائب الكلم ونودره ، تقول :  فلا يغرب كلمه و يغرب فيه وفي كلمه غرابة ، وقد غربت هذه الكلمة اي غمضت وخفيت فهي غربة ومنه مصنف الغريب
Apabila kamu berbicara gharib dengan ada kata aneh pada suatu kata, kamu berkata :  tidak tesimpan kata gharib pada kata ini, kata ini telah ditetapkan, sesungguhnya penetapan kata yang ambigu dan rahasia itu ditetapkan oleh pengarang(kitab,bahwa kata ini) gharib.[v]
Secara istilah :  makna Gharib ulama membagi dua bagian yaitu gharib pada sanad, dan gharib pada matan hadis yang  jauh dari pemahaman yang sempurna. Al-Khatib[vi] mengatakan ada 2 bentuk gharib pada suatu kata yaitu pertama, Bahwa makna yang dimaksudkan tidak dapat dimengerti kecuali setelah bersusah payah untuk bisa memahaminya. Kedua, makna yang dimaksudkan adalah kata yang sulit dimengerti kebanyakan orang dan sulit pula dipahami oleh orang arab, sehingga apabila menimpa kepada kita, supaya untuk minta penjelasannya, karena semestinya ucapan kaum itu beserta penjelasannya.[vii]
Ibnu Shalah menta’rifkan :
علم يعرف به ما وقع في متون الأحاديث من الألفاظ مضةالبعدة عن الفهم لقلَة استعمالها
“Ilmu pengetahuan untuk mengetahui lafadh-lafadh dalam matan hadis yang sulit lagi sukar difahamkan, karena jarang sekali digunakan “.[viii] Objek ilmu Gharib al-Hadis adalah kata-kata yang muskil dan susunan kalimat yang sukar difahamkan maksudnya. Yang hendak dicapai oleh ilmu ini adalah melarang seseorang menafsirkan secara menduga-duga dan mentaqlidi pendapat seseorang yang bukan ahlinya. Sebagian besar ulama hadis sendiri, kalau dimintakan fatwa tentang suatu matan hadis yang kebetulan beliau sendiri tidak sanggup untuk menerangkannya, lalu menyerahkan fatwanya kepada yang lebih ahli dan lebih mengetahuinya. Imam Ahmad pernah ditanya oleh seseorang tentang arti suatu lafad gharib yang terdapat dalam sebuah matan Hadis, tetapi karena beliau merasa tidak mampu, lalu dia menjawab “tanyakanlah kepada seseorang yang mempunyai keahlian dalam bidang gharib al-Hadis, karena aku tak pernah mempertanyakan sabda Rasulullah saw dengan purbasangka”. Karena sangat hati-hatinya, Al-Ashmu’iy di kala ditanya oleh seseorang tentang arti Hadis yang berbunyi  الجارأحقَ بسبقه   tetangga itu lebih berhak untuk didekati”. Mengatakan : saya enggan menafsirkan sabda Rasulullah ini, tetapi orang-orang Arab menyangka, bahwa lafad “ sabqi” itu artinya al-laziq (janbun = dekat).[ix]
Sejarah dan Ulama Hadis yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan ‘Ilm Gharib al-Hadith
Menurut sejarah yang mula-mula menyusun kitab dalam bidang gharib hadith adalah Abu Ubaidah Ma’mar ibn al-Mutsanna at-Taimy (wafat 210 H), beliau adalah seorang ulama hadis yang berasal dari kota Basrah. Kemudian usaha itu lebih di luaskan lagi oleh Abu Hasan an-Nadhir ibn Syamil al-Mazaniy yang wafat tahun 203H usaha beiau ini berlaku dipenghujung abad kedua hijriah dan Kitab ini lebih besar daripada kitabnya Abi ‘Ubaidah (beliau merupakan salah seorang guru Imam al-Bukhari).[x] Setelah itu berturut-turut muncul para penyusun kitab dalam bidang yang sama yaitu pada di awal abad ketiga hijriyah diantaranya yang paling populer adalah Abu Ubaid al-Qasim ibn Salam 157-224 H dengan karangannya Gharib al-Hadith.[xi] Setelah Abu Ubaid, banyak ulama yang melakukan penyusunan kitab dalam bidang ini. Yang terkenal Yaitu Abu al-Qasim  Jarullah Mahmud ibn Umar az-Zarkasyri (467-581 H) yang menulis kitab Al-Faiq fi Gharib al-Hadith. Setelah itu yang paling lengkap dan yang paling populer dalam adalah kitab an-Nihayah fi Gharibil Hadits wa al-Atsar karya Majmuddin Abu as-Sa’adat al-Mubarak Ibn Muhammad (Ibnu Atsir ) al-Jazariy (544-606 H), ini adalah karya ulama-ulama sebelum beliau yang terkumpul dalam satu kitab karyanya yang tersusun secara alfabetis dari lafadh-lafadh gharib.[xii] Setelah itu, upaya para ulama hanya sebatas pada memberi lampiran dan ikhtishar, atau meringkas terhadap kitab An-Nihayah (perkiraan penulis dari data yang ada).
Kitab-kitab yang membahas  Gharib al-Hadith.
Gharibi’l Hadits karya Abu ‘Ubaid al-Qasim bin salam (157-224 H). Gharib al-Hadith karya Imam Abi Ishaq Ibrahim bin Ishaq al-Harabi (198-285 H). Gharib al-Hadith karya Abi Ubaid Al-Qasim bin Salam al-Harawi(wafat 224 H).Gharib al-Hadith karya Imam Abi Sulaiman Hamad bin Muhammad bin Ibrahim al-Khottabi al-Bustiy (wafat 388 H)yang di tahkiq oleh abdul Karim Ibrahim al-‘Uzbawi. Al-Faiq fi Gharib’il Hadits karya Abu al-Qasim Jarullah Mahmud bin Umar az-Zamakhsyary (468-548 H). Gharib al-Hadith karya Abi Farraj Abdi al-Rahman Ali bin Muhammad Ali Bin Zauzi (510-597H). an-Nihayah fi Gharib al-Hadith wa al-Atasr karya Majmuddin Abu as-Sa’adat al-Mubarak Ibn Muhammad (Ibnu Atsir ) al-Jazariy (544-606 H). Al-jami’fi Gharibil Hadits wa yastamil al-Matan : an-Nihayah ibnu Atsir karya Abi Abdullah Abdul Salam bin Muhammad ‘Umar ‘Alusi. At-Ta’wil fi Gharibi al-Hadith min Kholal kitab an-Nihayah li Ibnu Atsir karya Dr. Ali bin Umar bin Muhammad al-Sahibani. Tafsir Gharib al-Hadith karya Ibnu Hajar al-Asqalani.Mu’jam Mufassal fi Tafsir Gharibi al-Hadith karya Dr Muhammad at-Tunji.[xiii]
Urgensi  ‘Ilm Gharib al-Hadith dalam kajian matan
Urgensi nya adalah : Dapat Meneliti perbedaan nas matan atau lafadh matan,yaitu dengan metode muqaranah, ziadah ataupun Idraj,dapat meneliti susunan lafal yang semakna,dapat meneliti kandungan matan,membandingkan kandungan matan yang sejalan atau tidak bertentangan,membandingkan kandungan matan yang tidak sejalan atau tampak bertentangan.[xiv]
Cara menafsirkan  Gharib al-Hadith
Diantara hal-hal yang dipandang baik untuk menafsirkan ke-gharib-an hadis adalah : Hadis yang sanadnya berlainan dengan hadis yang bermatan gharib tersebut.Penjelasan para sahabat yang meriwayatkan hadis atau dari sahabat lain yang meriwayatkannya.Penjelasan dari rawy selain sahabat. Contoh :

Contoh matan hadis gharib yang ditafsirkan dengan hadis yang bersanad lain, seperti sebuah Hadis Muttafaq’alaih yang diriwayatkan oleh ibnu ‘Umar tentang Shayyad, ujarnya :
...قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي قَدْ خَبَأْتُ لَكَ خَبِيئًا قَالَ ابْنُ صَيَّادٍ هُوَ الدُّخُّ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اخْسَأْ فَلَنْ تَعْدُوَ قَدْرَكَ...[xvi]
“Nabi Muhammad saw bersabda : “ saya menyimpan sesuatu untukmu, apa itu? “Sahut ibnu Shayyad. Asap”. kata Nabi saw “ salah!” “ kamu tidak akan secepat fikiranmu”. (H.R. Al-Bukhari).
Lafad ad-Dukhkhu dalam hadis tersebut adalah lafadh yang gharib. Menurut uraian yang dikemukakan oleh al-Jauhari, lafadh dukhkhu tersebut berarti asap ( menurut pengertian bahasa), tetapi menurut pengertian lain berarti berarti tumbuh-tumbuhan, bahkan sebagian orang mengartikan dengan jima. Untuk mendapatkan penafsiran yang tepat, kita berusaha mencari sanad selain sanad Al-Bukhari. Ternyata di dapat dalam pen-takhrij-an Sunan Abu Daud dan Sunan At-Turmudzi yang bersanad az-Zuhri, salim dan Ibnu ‘Umar r.a. memberikan penafsiran terhadap ke-gharib-an hadis : kata ibnu ‘Umar r.a. :  
...قال النبى صلى الله عليه وسلم خبأله ( يوم تأتى السَماء بدخان مبين ) فأدرك ابن صيَاد البعض على عادة الكهَان فىي ختطاف بعض الشَيء من الشَياطين من غير وقوف على تمام البيان ، هو الدَخ....[xvii]
....suatu ketika Nabi saw. Menyembunyikan sesuatu untuk ibnu shayyad, nabi berkata “ tunggulah sampai langit mengepul asapnya yang nyata “. Lalu ibnu shayyad mendapat suatu alat yang biasa dipakai oleh tukang tenun untuk mendapat sesuatu  dengan perantara setan-setan, dan tanpa berpikir pangjang ia menjawab itulah asap...dengan bantuan dari hadis Sunan Abu Daud dan Sunan at-Turmudzi tersebut, maka lafad  الدَخ  maknanya adalah asap.[xviii]
Simpulan
‘Ilm Gharib al-Hadth secara bahasa adalah adanya rasa keterasingan antara yang tersembunyi dan jarak, misteri dan rahasia. Secara istilah adalah Ilmu pengetahuan untuk mengetahui lafadh-lafadh dalam matan hadis yang sulit lagi sukar difahamkan, karena jarang sekali digunakan. Sejarah mencatat promotor Ilmu tersebut adalah Abu al-Hasan an-Nadir bin Syamil al-Maziny, tapi para Muhaddtisin menganggap bahwa yang perintis ‘ilm gharib hadith adalah Abu ‘Ubaidah Ma’mar bin Mutsana at-Taimy. Yang paling terkenal dalam ilmu ini adalah karya Ibnu al-Atsir yang merupakan kumpulan kitab-kitab Gharib ulama sebelumnya, dan ulama sesudahnya pun hanya meng-ikhtishar dan mentahqiq karya beliau.
Ucapan banyak terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang memberi kekuatan sehingga makalah ini bisa terselesaikan. Terima kasih juga, penulis haturkan kepada sang sumber hadis, begitupun hadisnya yang sampai sekarang menjadi bahan kajian. Ibu dan bapak serta keluarga di kampung yang terus mendo’akan. Terima kasih Pula penulis haturkan kepada dosen pengampuh di Mata kuliah Ilmu Matan Hadis, yaitu bapak Rifqi Muhammad Fathi, MA. Yang memberikan arahan dan imformasi dalam pembuatan makalah ini. Terima kasih kepada segenap stap ataupun Perpustakaan Utama yang meyediakan buku-buku yang bisa dipinjam untuk pembuatan makalah ini. Terima kasih Kepada sahabat sekelas yang telah memaparkan makalahnya pada pembahasan ‘Ilm Asbab Wurud al-Hadith. Kepada sahabat  Malih Agung Subekti, Abdul Aziz, Cahyadi Noer Cahya,yang telah meminjamkan laptopnya. Kepada saudara Hilman yang telah meminjamkan Uang untuk kepentingan makalah ini.


[i] Dr.Muhammad Ajaj al-Khatib, Ushul Hadits, Beirut-Libanon : Dar al-Fikr 1383.h. 252
[ii] Dr. Muhammd Ajaj al-Khatib, Imam Hafid Kabir al-Muarikh Abi Bakr Ahmad Ali’ bin Tsabit al-Khatib al-Bagdhadi,al-Jami’ Li Akhlaq ar-Rawi Wa Adab as-Sami’, Beirut-Libanon : Muassasah ar-Risalah 1412H/1991M. Juz I.Cet I. h.31
[iii] F.Budi Hardiman, Melampaui Positivisme dan Modernitas, Yogyakarta : PT Kanisus 2003,cet.7.h.36
[iv] Ibn Hamzah al-Husainy al-Damasyqi,Muqadiamah al-Bayan wa ta’rif asbabul Wurud al-Hadits al-Syarif.h.32. lihat di makalah Ummik hani pada pembahasan ‘’ilm Asbab al-Wurud Hadith.
[v] Dr. Ali bin Umar bin Muhammad al-Sahibani.At-Ta’wil fi Gharibi al-Hadith min Kholal kitab an-Nihayah li Ibnu Atsir, Maktabah al-Rushd-Nasr : 1430 cet I.h.57-58
[vi] Lihat Gharib al-Hadith karya Hammad bin Muhammad bin Ibrahim bin Khatabi abi Sulaiman al-Khatabi wafat 388 H.
[vii] Dr. Ali bin Umar bin Muhammad al-Sahibani,ibid.h.59
[viii] Muqadimah Ibnu Ash-Shalah 229-236.
[ix] Drs. Fatchur Rahman, Ikahtisar Mushthalahu’ul Hadits, Bandung : PT al-Ma’arif : 1968,h.281-282
[x] Imam Majduddin Abi Sa’adati al-Mubarrak bin  Muhammad al-juzari Ibnu al-Atsir,An-Nihayah fi Gharibil Hadits wal atsr, Beirut-Libanon : Dar al-Fikr, juz I, H.5
[xi] Ibn al-Addiy,Al-Kamil,Beirut-Libanon : Dar Kutub al-Misriyyah,juz I.h33
[xii] Lihat Muqaddimah An-Nihayah fi Gharibil Hadits wal atsr.
[xiii] lihat beberapa file yang di berikan pak Rifqi Muhammad Fathi, MA
[xiv] Muhammad Tohar al-Juani, Juhudul Muhadditsina fi Naqd Matn Muhaddis an-Nabawi as-Syaarif: 1986. H315. Lihat pula Prof .Dr.M Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, Jakarta : 2007 ,cet ke-2.
[xv] Imam Abi Sulaiman Hamad bin Muhammad bin Ibrahim al-Khottabi al-Bustiy (wafat 388 H),Gharib al-Hadith,Beirut : Dar-Al-Fikr 1402H/1982M,Juz I.h.83-85
[xvi]Shahih al-Bukhari,Dar al-Fliqr, Juz 14,h.152
[xvii] Sunan abu Daud,Dar al-‘A’lam, Juz 14,h.480
[xviii] Syaikh Imam al-‘Alim al-Auhad Syaikhul Islam Ibnu Al-Farraj Abdul Rahman bin ‘Ali bin Muhammad bin Ali bin Al-Jauzi, Muqadimah Gharibil Hadis,Beirut-Libanon : Dar al-Kitab al-‘Alamiah 1985M/1450H,cet.I. h.9-10. Dijelaskan pula mengenai kata dukhu dalam kitab Tafsir Gharibil  Hadits, Karangan Ibnu Hajar al-Asqalani,Beirut-Libanon : Dar al-Ma’arif, h.90,lihat pula penjelasan  Abu al-Qasim Jarullah Mahmud bin Umar az-Zamakhsyary (468-548 H). Al-Faiq fi Gharib’il Hadits Beirut - Libanon : Dar al-Fikr 1414H/1993M,Juz I,h.420

Tidak ada komentar:

Posting Komentar